Minggu, Mei 06, 2012

Fanfiction: Cho Kyuhyun&Lee Seung-Ah ::Love Triangle










Love Triangle
When you love someone but it is not appropriate















Cast :
Lee Seung Ah
Cho Kyuhyun
Cho Jenny
Choi Minho
Genre :
Friendly, Sad, Romance.
Lenght :
 Chaptered
Rating :
15th
Summary :
Why should you do I like, why should you that I love. Why should you?
I’ve thought about it a hundred times until my brain even crippling, but which I can onlyconclude that only you and only you that I like.
Forgive me, forgive me for everything and I apologize to all







 Lee Seung Ah



Cho Kyuhyun



Cho Jenny




Lee Seung-Ah & Cho Jenny










_oOo 1 oOo_
 “Yak! Seung Ah-a, sedang apa kau disini?” Seung Ah memutar kepalanya kesamping dan menatap gadis yang mengangetkannya tadi-sambil tengah tersenyum cerah memandang langit yang tidak begitu terang.
Jenny yang di tatap balik menatap dengan tangan yang di jentikkan “Ah~ aku tahu. Kau suka dengan salju makanya kau senang sekarang” Seung Ah mengangguk-tersenyum lalu mengikuti jalur mata gadis itu. Jenny sibuk menatap langit diatas mereka. Tapi..  yang dilihatnya mata itu tidak hanya tertuju pada langit saja. Mata Jenny berlari-lari kecil melirik sesuatu.
“Melihat apa?” Tanya Seung Ah kemudian.
Jenny sontak berbalik sambil terkekeh pelan “hehe, kau tahu? Aku menyukai seseorang” bisiknya ditelinga Seung Ah sambil tersipu malu. Jenny memang tipikal gadis yang berterus terang apalagi dengan Seung Ah.
Seketika Seung Ah tersenyum “Siapa? Aku kenal?”
Jenny menggaruk-garuk dagunya sambil berpikir, “Entah, tapi kupikir kau mengenalnya. Kau itu bukannya punya banyak koneksi?” ejeknya sambil mendorong sedikit tubuhnya kesamping Seung Ah
Seung Ah hanya tertawa kecil “Lalu siapa?”
***
Seung Ah tampak tidak begitu bersemangat. Gadis itu juga tidak begitu menyimak pelajaran yang dibawakan dosen hari ini. terlebih lagi cuaca mendukung suasana hatinya. Tidak biasanya Seung Ah seperti itu, Jenny juga tidak mengerti akan perilaku aneh sahabatnya “Ada apa Seung Ah-a? kau ada masalah?” tanyanya.
Seung Ah yang sadar ditanya begitu hanya tersenyum simpul lalu kembali menatap makanan yang ada didepannya. Ia tidak memakannya, hanya sibuk memelintir sendoknya dipiring itu “Oh, kau tidak mau cerita rupanya. Baiklah” Jenny menyerah, ia tahu kalau sahabatnya itu tidak suka dipaksa dan diganggu kalau sedang tidak ada mood. “padahal aku ingin kau tahu masalah pendekatanku yang berjalan lancar” sambung Jenny lesu.
Seung Ah terhenti sejenak lalu mengangkat pandangannya “Pen..de..ka..tan?” Tanya Seung Ah susah payah. Sepertinya ia tidak bisa membiarkan lidahnya berbicara lancar. Jenny mengangguk cepat lalu tersenyum “kupikir dia sulit untuk didekati. Tapi.. ternyata dia cukup baik hati. Aku jadi mudah mengambil kesempatan untuk mendekatinya” ujar Jenny menjelaskan. Sesekali juga ia menyeruputi Juice melon disampingnya dengan perasaan senang. Seung Ah hanya mengangguk-angguk, mendengarkan dengan jelas penjelasan itu sementara Jenny kembali menjelaskan itu walaupun Seung Ah tidak pernah bilang ia bersedia untuk mendengarnya.

 “Seung Ah-a?” Jenny menyadarkan Seung Ah yang tengah melamun, Seung Ah segera berbalik dan memberi isyarat bahwa ia mendengarnya. Jenny memangku tangannya dan mendesah “sebenarnya ada apa? Apa yang menganggumu akhir-akhir ini?” Tanya Jenny akhirnya. Seung Ah masih terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya, ia tidak ingin Jenny tau masalahnya “Tidak ada apa-apa” ucapnya menyakinkan.
“tapi aku melihat seperti ada apa-apa” oceh Jenny menangkis perkataan Seung Ah yang dianggapnya tidak benar. Ia sedikit bingung kenapa Seung Ah aneh sekali, walaupun memang kepribadiannya tertutup dan tidak begitu ramah tapi sepertinya memang sedang terjadi sesuatu.
“aku hanya sedikit lelah akhir-akhir ini. jadi, tidak begitu bersemangat” ucap Seung Ah lagi,
Jenny terdiam. “Umm, bukannya setiap hari memang kau tidak pernah bersemangat? Ekspresimu sangat datar” ejeknya tanpa memandang Seung Ah. “tapi.. ini lebih menyeramkan dari ekspresi datarmu. Kau lebih aneh dari biasanya” lanjut gadis itu.
***
“Seung Ah-a, kau dipanggil Choi seongsenim” Seung Ah yang sedang sibuk menyantap makan siangnya itu menatap teman satu klubnya itu dengan mata besar “Ada apa?” tanyanya.    
Temannya itu mengangkat bahu lalu pergi menjauh dari tempat Seung Ah dan Jenny. Seung Ah berbalik pada Jenny dan Jenny hanya tersenyum, membiarkan Seung Ah pergi dulu untuk mengecek ada hal apa seongsenimnya itu memanggil dirinya disaat jam istirahat seperti ini. “Aku pergi” pamit Seung Ah berlalu. Jenny tidak menyahut, hanya melambaikan tangannya. Matanya tertuju pada makanan Seung Ah yang menjadi tanggungannya sekarang. Sial! Dia yang harus membayar itu semua.
***
Seung Ah keluar dari ruangan itu. pundaknya terlihat menunduk, napasnya juga tidak beraturan, tangannya sibuk mengacak-acak rambut ikal panjang itu. “bisa gila aku” komentarnya masih sambil mendesah dengan napas tidak beraturan. Tiba-tiba ia menabrak seseorang “Auh~” jeritnya. Seung Ah belum mengangkat padangannya karena matanya tertutup oleh rambutnya yang kini berantakan karena sempat ia acak dan terjatuh akibat tabrakannya dengan seseorang.
“kau tidak apa-apa?” ucap seseorang. Suaranya lembut, Suaranya terdengar.. tidak begitu asing
Seung Ah memperbaiki rambutnya yang tidak beraturan sambil berusaha berdiri tegak dengan bantuan orang itu yang menyangganya. “kau tidak apa-apa?” ulangnya.
Seung Ah kini memerhatikan jelas siapa yang ada dihadapannya, dengan kemampuan mata sipitnya yang dibesarkan sedikit, ia berhasil melihat siapa yang ada didepannya meski awalnya mundur selangkah saking terkejutnya “Choi Minho?” Pekik Seung Ah masih dalam keadaan semula. Terkejut.

“Bagaimana kabarmu di London?” Tanya Seung Ah setelah mereka memutuskan untuk duduk bersama ditaman belakang sekolah dan berbincang sebentar
“Mm,Baik. Cukup baik” jawabnya, “kau? Apa kau baik disini?” Minho balik bertanya.
Seung Ah tidak menjawab, ia hanya mengangguk “Lalu? Bagaimana dengan kedatanganmu disini?” Tanya Seung Ah
“Apa?” Tanya Minho tidak mengerti
“Eh, maksudku apa yang membawamu kemari?” ulang Seung Ah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“Ohh, itu. Mm..hanya ingin ke Seoul saja” jawabnya simpul.
“Aikh~ kau kemari karena merindukan Jenny? Begitu?” goda Seung Ah sambil menyikut lengan laki-laki itu. laki-laki itu tersenyum-senyum malu “Yah, bagaimana dengan anak itu?” Tanyanya,
Seung Ah memincingkan matanya “dia sudah menjadi seorang gadis yang cantik. Kau tahu?”
Minho hanya mengangguk-angguk. Masih tertawa kecil bersama Seung Ah, teman kecilnya dulu. “Jenny.. bagaimana kabarnya?” Tanya Minho berat.
***
Malam ini, Seung Ah tidak bisa konsentrasi dengan apa yang ada dihadapannya. Buku itu hanya melihat Seung Ah yang sibuk melamun dengan wajah cemberut. Pikirannya tertuju akan perkataan Jenny hari itu. Seung Ah menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar “kenapa harus dia?”
Tiba-tiba ponselnya berdering, dengan segumpal kesabaran yang masih tersisa ia meraih ponsel yang menjerit-jerit sudah minta diangkat itu “Yeobseo?” Tanya Seung Ah dengan kening berkerut “Umm.. aku tidak tahu mengenai itu.. ah, benarkah?... Tapi aku tidak pernah melihatnya selama bergabung diklub… tidak pernah, sungguh…” jawabnya ditelepon, Jenny menanyakan Kyuhyun, namja yang tengah ia sukai itu. “Kupikir dia tidak ada diclub kami. Mungkin diclub menyanyi lainnya” ucap Seung Ah lagi. “Yah, Gwenchana. Selamat malam” ia menutup flat ponselnya dan mulai mendesah. Ia berpikir kalau mungkin Jenny salah, tapi.. apa benar namja itu ikut diklub menyanyi? Tapi.. dimana? Selama ini Seung Ah tidak pernah melihat sosok namja dingin nan cuek itu. mungkin memang benar ia ada di klub menyanyi lainnya sama seperti dugaannya. Universitas Kyunghee mereka tidak hanya punya satu klub menyanyi saja tentunya.
***
 “Tapi…” Seung Ah benar-benar berniat menolak mentah-mentah tapi ia tidak enak hati pada Jenny yang menggantungkan harapan padanya. Jenny memang tipikal anak yang tidak mudah bergaul dan ia juga sangat pintar membujuk orang.
“Kumohon Seung Ah-a, kepada siapa lagi aku harus meminta bantuan? Kau tahu aku tidak punya banyak teman dan kalau aku berjuang sendiri. Habislah aku ditempat” jelasnya panjang lebar dengan mata berbinar-binar penuh harapan. Seung Ah hanya terdiam dan berjalan lurus sambil menunduk tanpa memandang wajah Jenny yang dianggapnya bisa merobohkan pertahanannya untuk menolak permintaan menyebalkan itu.
“Aku itu tidak pintar bicara. Tidak sama sepertimu. Jadi kumohon… bantu aku sekaliiiiii ini saja” pintanya sambil menaruh dua tangannya didada, bermohon. Kali ini Seung Ah terhenti Karena Jenny yang mengganggu jalannya. Dengan desahan pelan namun panjang itu Seung Ah mengiyakan dengan alasan ia tidak berjanji banyak. Ia hanya perlu menguntit namja itu dan mencari tahu keberadaannya saja. Semoga itu tidak sulit.
***
“ Ahh, jangan mendorongku. Dia bisa me…” Seung Ah kesusahan dengan penyembunyian diri Jenny saat namja itu melintasi tempat yang tidak begitu jauh dari tempat mereka berdua. Saat itu memang sudah waktunya untuk anak jurusan musik keluar dari kelas. Namja itu tampak biasa saja, dia tidak melirik apa saja yang ada didepan-tepatnya disekitarnya. Cuek dan dingin!
Jenny tetap saja mendorong keras Seung Ah yang selalu saja menolak sedari tadi. “Ayolah, dia sudah mau…” belum sempat Jenny meneruskan perkataannya tiba-tiba Seung Ah terjatuh dan menabrak tempat sampah yang ada dihadapannya, membuat semua isi tasnya keluar berhamburan. Kejadian memalukan-tidak terduga itu mengakibatkan semua anak yang disana berbalik dan memerhatikan dalam Seung Ah yang sudah tidak berdaya-terduduk tanpa berani berdiri lagi karena malu. Sementara Jenny berusaha menyembunyikan diri sambil membuka mulut. Syok.
“Kemarikan tanganmu” ucap seseorang. Seung Ah tidak berani menaikkan pandangannya. Ia masih sibuk memasukkan satu persatu barangnya yang berserakaan sambil memperbaiki penampilan kembali. Kenapa akhir-akhir ini ia sering terjatuh? Ia seperti sudah ingin menangis ditempat. Bagaimana tidak? saat itu anak jurusan musik keluar dari kelas dan tempat teramai-yang sering dilalui anak-anak itulah tempat insiden yang menimpanya. Huft!
Seung Ah merasakan ada tangan yang menarik lengannya dengan keras. “tangannya besar” batin Seung Ah.
Seung Ah menaikkan pandangannya setelah melihat kesekeliling dulu. Masih ada yang memandangnya dengan wajah mengejek dan ada juga yang meneruskan perbincangan bersama temannya tanpa memerdulikan Seung Ah lagi. “ASTAGA!” kagetnya bukan kepayang. Benda yang berniat ia masukkan tadi terjatuh dan langkahnya mundur selangkah.
Jenny segera keluar dari tempat persembunyian atau lebih tepatnya mengikuti jalur mata Seung Ah yang membesar. “Cho.. Kyu...hyun..?” gugup Jenny, tapi nadanya dikecilkan.

Kyuhyun bingung melihat ekspresi mereka berdua “kalian tidak apa-apa?” tanyanya. “Umm..Ya,baik” ucap Seung Ah menunduk.
“Eh.. Cho Kyuhyun... kau… terima kasih sudah menolong Seung Ah” ucap Jenny berterima kasih, Kyuhyun tidak menjawab, Kyuhyun mendekatkan wajahnya kesamping wajah Jenny “lain kali, jangan membiarkan sahabatmu malu lagi,Arra?” bisiknya. Spontan membuat Jenny tidak bisa bernapas. Oksigennya hilang dan entah ia sudah berapa kali mendesah. Memalukan.
Jenny hanya mengangguk-angguk kecil sementara Seung Ah yang melihat itu hanya bisa terdiam. Tanpa perintah otak ataupun apa ia berbalik dan berlari kecil, menghindar dari kedua orang yang sedang berbincang itu.

“Ah~” desahan Jenny lepas. Ia kemudian menatap Seung Ah yang menatapnya juga. “kau baik-baik saja, Seung Ah-a?” tanyanya.
 Seung Ah mengangguk pelan “hehehe, mianhe~ aku tidak tahu kalau kau sampai bisa terjatuh seperti itu” kekeh Jenny. Seung Ah tersenyum simpul. Moodnya belum kembali tapi ia memang tidak marah pada Jenny. Itu tidak disengaja. Seung Ah berjalan pergi dari tempat itu, tidak memikirkan Jenny yang masih diam disana.
“Ah? Seung Ah-a, tunggu akuu~” teriak Jenny kemudian menyusul kepergian sahabatnya itu.
***
“Yak,Yak! Aku sudah mendapat nomor ponselnya” seru Jenny dikasur Seung Ah dengan cepat serta intonasi yang berlari-larian, Senyumnya mengembang, keceriaan terpampang jelas disana.  Seung Ah hanya melirik sebentar lalu meneruskan kembali kegiatannya tadi, sedang membuka semua jejaring social yang ia punya di notebook pink-putihnya itu. Jenny memerhatikan sahabatnya itu, Seung Ah yang sadar dengan tatapan yang sudah dikenalinya itu berbalik dan berkata “Apa lagi?”
Seung Ah mengerutkan keningnya mendengar permintaan mengejutkan itu “Sudah, aku itu sudah capek untuk menguntitnya setiap hari dan berlari kesana kemari untuk mencari tahu mengenainya dan melapor bak pelayan yang patuh terhadap majikannya terhadapmu!” gerutu Seung Ah menolak sambil memalingkan wajah dan segera menekan tombol shut down pada notebooknya.
Jenny menunduk, sedih-tidak berani berkata-kata karena saat sahabatnya itu sudah berbicara panjang lebar tidak ada yang bisa melerainya. Tapi.. aneh juga Seung Ah bisa berbicara panjang lebar seperti itu. selama pertemuannya dengan Seung Ah yang sosoknya susah ditebak, ia tidak pernah mendengar seorang Lee Seung Ah marah-marah seperti itu.
Seung ah mendekati Jenny dan memelankan suaranya yang tadi sempat menaik beberapa oktaf “lagipula kau bilang hanya sekaliiiii saja. Dan aku sudah memenuhinya dengan menguntitnya” ucap Seung Ah lagi. kini Jenny mengangkat pandangannya dan menatap Seung Ah, matanya berbinar-binar penuh permohonan.
“kemarikan ponselmu!” rebut Seung Ah marah-marah. Ia segera mengirimkan pesan kepada seseorang. Ia sempat melirik sebentar nomor ponsel itu, kemudian ia melirik Jenny yang masih terdiam sambil menunduk.
Seung Ah mengembalikan handpone pearl-blue itu, “Apa yang kau lakukan?” Tanya Jenny penasaran, Seung Ah tidak menjawab, ia lebih memilih untuk menghindar dan Jenny pun melirik ponselnya untuk mencari tahu. “YAK! Seung Ah-a, kenapa kau mengirimkan dia pesan?” keluh Jenny mengamuk. Seung Ah tidak menjawab, ia masih sibuk dengan notebook didepannya. “Seung Ah-a, kau itu kurang ajar sekali!!!” amuk Jenny.
Mendengar sahabatnya yang sudah berkokok sedari tadi Seung Ah akhirnya membuka mulut “kalau kau terus saja menyembunyikan perasaanmu, dia bisa direbut orang” ucapnya. Jenny tidak menghiraukan peringatan Seung Ah. Ia masih saja kepikiran masalah pesan yang dikirimkan Seung Ah tadi. Ia bahkan mendingin ditempat membaca tulisan pesan itu.
Ponsel Jenny bordering, serentak kepala mereka berdua sama-sama berbalik kearah ponsel Jenny yang ada diatas kasur.
Seung Ah tersenyum dan melirik Jenny, sementara Jenny juga melakukan hal yang sama “Ada apa?” Tanya mereka bersamaan. “Ah~ Kyuhyun membalas pesanku!” ucap Jenny lebih dulu. Seung Ah segera mendekat karena sempat menjauh sebentar dan ikut melihat ponsel yang dibagi Jenny sedikit untuk supaya ia bisa melihatnya juga.
“terima kasih”  isi pesan itu. Seung Ah memalingkan wajahnya dan tersenyum pada Jenny yang entah bagaimana lagi perasaannya saat itu “itu berarti? Dia menerima perasaanku? Begitu?” Tanya Jenny tanpa kendali.ia berdiri dari duduknya dan menari-nari tidak jelas disegala arah ruangan itu. Seung Ah yang tahu bagaimana perasaan senang-bahagia sahabatnya itu mengangguk. “kupikir dia juga menyukaimu” ucap Seung Ah pelan. Jenny segera merangkul Seung Ah dan berterima kasih sebanyak-banyaknya.

 “Apa Seung Ah tidak masuk?” Tanya Chae Kyung, Jenny mengangguk lesu “Ya~”.
“Apa dia sakit?” Tanya Chae Kyung lagi. Jenny menggeleng tidak yakin. Chae Kyung tidak bertanya lagi, sementara Jenny sibuk mengalihkan pikirannya kearah Seung Ah. “Apa memang Seung Ah sakit?” batinnya. Dan sementara itu Kang sajangnim datang, Jenny menghentikan lamunannya dan duduk dengan rapi.


“Mau menjenguk Seung Ah?” tawar Jenny pada Chae Kyung saat mereka menutup lokernya dan jalan bersama  keluar ke gerbang kampus mereka.
Chae Kyung mengangguk cepat “aku juga ingin melihat tugasku, seharusnya hari ini ia membagikannya pada kami” jelasnya,
Sementara Jenny hanya mengangguk pelan dan meraih ponselnya yang bordering “tidak usah menjemputku sekarang, oppa mengerti?.... ah, aku ada urusan jadi jemput aku ketika aku mengirimkanmu pesan. Yah,oppa! Aku mengerti… aku akan baik-baik saja… kau itu cerewet sekali… Ah~ sudahlah. Aku akan pergi sekarang. Dah,” omelnya pada ponsel miliknya itu, Chae Kyung keheranan melihat Jenny yang masih mengomeli ponselnya yang tidak melawan sama sekali.
“siapa?” Tanya Chae Kyung, Jenny memasukkan ponselnya lalu berbalik kearah Chae Kyung yang sibuk menunggu bus. “Oh itu~ Oppaku!” jawabnya singkat.
Chae Kyung masih sibuk melihat kearah kanan, ia tidak tahu kapan busnya datang, menyebalkan harus menunggu bus selama itu dicuaca dingin seperti sekarang. “kau bilang oppamu tidak ada dikorea” ucapnya kemudian setelah beberapa menit hening.
Jenny duduk di tempat penungguan itu sambil mengusap-usap tangannya yang kedinginan “Ah, dia sudah lama kembali dan tidak lama lagi akan kembali keparis” jawabnya. Sementara itu Chae Kyung ikut duduk disamping Jenny sambil menghangatkan diri. Tidak berkomentar lagi karena ia rasa penjelasan Jenny sudah cukup.
“Seung Ah-a~~” teriak Jenny langsung duduk ditepi kasur Seung Ah, sementara Chae Kyung mengekor. Seung Ah yang saat itu tengah bersandar disandaran kasurnya sambil memainkan PSPnya sontak terbangun “Ah? Kalian?” tanyanya bingung-meletakkan PSP itu samping bantalnya.
Jenny menghempaskan tasnya dilantai dan menghela napas “diluar dingin sekali” cemohnya. Seung Ah memandang Chae Kyung yang mengambil kursi kecil dimeja rias dan ikut bertengger disamping Jenny “kau baik-baik saja?” tanyanya disusul anggukan Seung Ah  
“Mianhe, aku tidak bisa membagi kertas tugas itu” ingatnya. Chae Kyung mengangguk tanda itu tidak apa-apa, tenang saja.
“kalian mau minum apa?” tawar Seung Ah. Jenny tersenyum jahil, ia sudah sangat kehausan dan suhu badannya tidak baik karena diluar sangat dingin
“Bibi, minta lemon teanya” ucapnya pada Bibi Seung Ah yang memang saat itu ada didalam ruangan, Bibinya itu memandang Chae Kyung, seakan bertanya, “aku juga” ucap Chae Kyung mengerti.

“ kau kenapa? Sakit?” Tanya Jenny yang pandangannya teralih pada Seung Ah. Seung Ah menggeleng “aku hanya kecapaian dan banyak fikiran” ucapnya sambil tersenyum,
“aku sudah katakan jangan terlalu berpartisipasi dalam banyak kegiatan” ceramah Jenny menaikkan alisnya.
Seung Ah terkekeh pelan “ia cerewet!” lalu ia memandang Chae Kyung yang sibuk memandang album foto yang ada ditangannya “kau mau ambil tugas kelompokmu? Nanti biar kuambilkan” tawar Seung Ah pada Chae Kyung yang sedari tadi hanya terdiam, sibuk mengamati-melihat foto-foto yang ada dialbum foto. Album foto yang diraihnya d meja rias kecil kamar Seung Ah.
“yah~” jawabnya singkat. Ia masih sibuk dengan pandangannya pada objek didepannya itu. “Siapa ini?” Tanyanya setelah beberapa lama sibuk mengamati.
Seung Ah segera bangkit dari tidurnya dan kesamping Chae Kyung, mencari sesuatu didalam meja rias itu dan juga melihat siapa yang ditunjuk Chae Kyung didalam album itu “Ah? Itu Choi Minho. Sahabatku.” Ucapnya, “Chae Kyung-sshi, apa kau melihat buku yang ada disini?” Tanya Seung Ah setelah sadar kalau ia sudah tidak melihat sosok barang itu, sementara Chae Kyung menutup album itu dan menatap mata Seung Ah. Ia menggeleng “tidak” jawabnya singkat.
“Eh? Kemana aku menaruhnya?” bingung Seung Ah melirik Jenny yang hanya terdiam “tidak usah mencarinya sekarang. Besok saja, sekarang kan kau sedang sakit” ucap Chae Kyung dibelakang.
Seung Ah menggeleng-geleng, panik “lagipula masih tidak begitu mendesak” lanjutnya Chae Kyung. Seung Ah berhenti mencari dan duduk kembali dikasurnya. “tapi.. kemana aku menaruhnya? Aku… tidak mungkin menaruhnya disembarang tempat” seru Seung Ah mengingat-ingat.
Sementara di dalam ruangan ada suasana yang tegang, Bibinya masuk sambil membawa dua gelas lemon tea. “Terima kasih” Jenny meraihnya. Sementara Chae Kyung meraihnya dari tangan Jenny karena ia masih sibuk berbincang-bincang dengan Seung Ah mengenai buku yang entah dimana keberadaannya itu.
***
Pagi itu juga, Seung Ah berlari secepat mungkin menaiki tangga sekolahnya. Mati kalau sampai buku catatan itu juga tidak ada di lokernya. Dan… habislah riwayatnya.
Semuanya memandang Seung Ah heran, sepagi ini kenapa ia berlari secepat itu?
 “hhhhh..” desah Seung Ah. Ia menarik lokernya dengan kekuatan yang masih tersisa setelah ia membukanya dengan kunci tadi. Segera ia rombak-rombak isi dalamnya yang tidak begitu banyak. Hanya beberapa barang yang tidak untuk dibawa pulang dan cukup disimpan disekolah saja. Didinding lokernya ada fotonya bersama appa dan eommanya. Serta fotonya saat masih bayi.
“TIDAK ADA?” pekiknya. Seung Ah tidak percaya ia akan kehilangan buku paling penting itu. angan-angannya untuk dimarahi oleh Bae seongsenim sepertinya akan terwujud. Mati!
“Eh? Seung Ah-a? kenapa kau datang secepat ini? apa kau sudah baikan?” Tanya Chae Kyung yang saat itu terkejut melihat Seung Ah.
Seung Ah berbalik dan mengangguk. “Ah~ buku itu benar-benar hilang” lesunya. Meski tidak ada kaitannya dengan pertanyaan Chae Kyung tadi. “bagaimana ini?” tanyanya pada Chae Kyung, Chae Kyung menutup lokernya dan menghampiri Seung Ah yang berdiri didepan lokernya, tidak begitu jauh
“tapi.. apakah semuanya ada didalam buku itu? persiapan acaranya juga ada disitu?” Tanya Chae Kyung hati-hati.

“Mianhe seongsenim..” tunduk Seung Ah. Bae Seongsenim hanya bisa menghela napas beberapa kali dengan kening berkerut “bagaimana bisa kita menjalankan acara tanpa struktur itu? kalau begitu, acaranya akan dibatalkan” ucapnya menjelaskan, semua anak kelompok yang sedang ada disana berteriak kecil tanda tidak bersemangat. Seung Ah benar-benar merasa tidak enak hati. Ia yang menyebabkan itu semua.
“bagaimana bisa ketua kelompok sepertimu melakukan kecerobohan seperti ini?” Seung Ah hanya bisa menunduk “kau membuat semuanya kacau. Kau tahu?” Seung Ah menaikkan kepalanya dan mengangguk pelan. “kau memang tidak becus!”
“Jeongmal mianhe~” tunduk Seung Ah pada semuanya. Seung Ah bisa melihat ekspresi kecewa teman-teman clubnya itu. bahkan disana ada beberapa wakil dari masing-masing club. Ia memang membuat sesuatu kecerobohan.

Tidak ada komentar: