Love Triangle
When you
love someone but it is not appropriate
Cast
:
Lee Seung
Ah
Cho Kyuhyun
Cho Jenny
Choi Minho
Genre
:
Friendly,
Sad, Romance.
Lenght
:
Chaptered
Rating :
15th
Summary
:
Why should
you do I like, why should you that I love. Why should you?
I’ve
thought about it a hundred times until my brain even crippling, but which I can
onlyconclude that only you and only you that I like.
Forgive me,
forgive me for everything and I apologize to all
Lee Seung Ah
Cho Kyuhyun
Cho Jenny
Lee Seung-Ah & Cho Jenny
_oOo 1
oOo_
“Yak! Seung Ah-a, sedang apa kau disini?” Seung
Ah memutar kepalanya kesamping dan menatap gadis yang mengangetkannya
tadi-sambil tengah tersenyum cerah memandang langit yang tidak begitu terang.
Jenny yang di tatap balik
menatap dengan tangan yang di jentikkan “Ah~ aku tahu. Kau suka dengan salju makanya
kau senang sekarang” Seung Ah mengangguk-tersenyum lalu mengikuti jalur mata
gadis itu. Jenny sibuk menatap langit diatas mereka. Tapi.. yang dilihatnya mata itu tidak hanya tertuju
pada langit saja. Mata Jenny berlari-lari kecil melirik sesuatu.
“Melihat apa?” Tanya Seung Ah
kemudian.
Jenny sontak berbalik sambil
terkekeh pelan “hehe, kau tahu? Aku menyukai seseorang” bisiknya ditelinga
Seung Ah sambil tersipu malu. Jenny memang tipikal gadis yang berterus terang
apalagi dengan Seung Ah.
Seketika Seung Ah tersenyum “Siapa?
Aku kenal?”
Jenny menggaruk-garuk dagunya
sambil berpikir, “Entah, tapi kupikir kau mengenalnya. Kau itu bukannya punya
banyak koneksi?” ejeknya sambil mendorong sedikit tubuhnya kesamping Seung Ah
Seung Ah hanya tertawa kecil
“Lalu siapa?”
***
Seung Ah tampak tidak begitu
bersemangat. Gadis itu juga tidak begitu menyimak pelajaran yang dibawakan dosen
hari ini. terlebih lagi cuaca mendukung suasana hatinya. Tidak biasanya Seung
Ah seperti itu, Jenny juga tidak mengerti akan perilaku aneh sahabatnya “Ada
apa Seung Ah-a? kau ada masalah?” tanyanya.
Seung Ah yang sadar ditanya
begitu hanya tersenyum simpul lalu kembali menatap makanan yang ada didepannya.
Ia tidak memakannya, hanya sibuk memelintir sendoknya dipiring itu “Oh, kau
tidak mau cerita rupanya. Baiklah” Jenny menyerah, ia tahu kalau sahabatnya itu
tidak suka dipaksa dan diganggu kalau sedang tidak ada mood. “padahal aku ingin
kau tahu masalah pendekatanku yang berjalan lancar” sambung Jenny lesu.
Seung Ah terhenti sejenak lalu
mengangkat pandangannya “Pen..de..ka..tan?” Tanya Seung Ah susah payah.
Sepertinya ia tidak bisa membiarkan lidahnya berbicara lancar. Jenny mengangguk
cepat lalu tersenyum “kupikir dia sulit untuk didekati. Tapi.. ternyata dia
cukup baik hati. Aku jadi mudah mengambil kesempatan untuk mendekatinya” ujar
Jenny menjelaskan. Sesekali juga ia menyeruputi Juice melon disampingnya dengan
perasaan senang. Seung Ah hanya mengangguk-angguk, mendengarkan dengan jelas
penjelasan itu sementara Jenny kembali menjelaskan itu walaupun Seung Ah tidak
pernah bilang ia bersedia untuk mendengarnya.
“Seung Ah-a?” Jenny menyadarkan Seung Ah yang
tengah melamun, Seung Ah segera berbalik dan memberi isyarat bahwa ia mendengarnya.
Jenny memangku tangannya dan mendesah “sebenarnya ada apa? Apa yang menganggumu
akhir-akhir ini?” Tanya Jenny akhirnya. Seung Ah masih terdiam. Ia tidak tahu
harus menjawab apa. Masalahnya, ia tidak ingin Jenny tau masalahnya “Tidak ada
apa-apa” ucapnya menyakinkan.
“tapi aku melihat seperti ada
apa-apa” oceh Jenny menangkis perkataan Seung Ah yang dianggapnya tidak benar.
Ia sedikit bingung kenapa Seung Ah aneh sekali, walaupun memang kepribadiannya
tertutup dan tidak begitu ramah tapi sepertinya memang sedang terjadi sesuatu.
“aku hanya sedikit lelah
akhir-akhir ini. jadi, tidak begitu bersemangat” ucap Seung Ah lagi,
Jenny terdiam. “Umm, bukannya
setiap hari memang kau tidak pernah bersemangat? Ekspresimu sangat datar”
ejeknya tanpa memandang Seung Ah. “tapi.. ini lebih menyeramkan dari ekspresi
datarmu. Kau lebih aneh dari biasanya” lanjut gadis itu.
***
“Seung Ah-a, kau dipanggil Choi
seongsenim” Seung Ah yang sedang sibuk menyantap makan siangnya itu menatap
teman satu klubnya itu dengan mata besar “Ada apa?” tanyanya.
Temannya itu mengangkat bahu
lalu pergi menjauh dari tempat Seung Ah dan Jenny. Seung Ah berbalik pada Jenny
dan Jenny hanya tersenyum, membiarkan Seung Ah pergi dulu untuk mengecek ada
hal apa seongsenimnya itu memanggil dirinya disaat jam istirahat seperti ini.
“Aku pergi” pamit Seung Ah berlalu. Jenny tidak menyahut, hanya melambaikan
tangannya. Matanya tertuju pada makanan Seung Ah yang menjadi tanggungannya
sekarang. Sial! Dia yang harus membayar itu semua.
***
Seung Ah keluar dari ruangan
itu. pundaknya terlihat menunduk, napasnya juga tidak beraturan, tangannya
sibuk mengacak-acak rambut ikal panjang itu. “bisa gila aku” komentarnya masih
sambil mendesah dengan napas tidak beraturan. Tiba-tiba ia menabrak seseorang
“Auh~” jeritnya. Seung Ah belum mengangkat padangannya karena matanya tertutup
oleh rambutnya yang kini berantakan karena sempat ia acak dan terjatuh akibat
tabrakannya dengan seseorang.
“kau tidak apa-apa?” ucap
seseorang. Suaranya lembut, Suaranya terdengar.. tidak begitu asing
Seung Ah memperbaiki rambutnya
yang tidak beraturan sambil berusaha berdiri tegak dengan bantuan orang itu
yang menyangganya. “kau tidak apa-apa?” ulangnya.
Seung Ah kini memerhatikan
jelas siapa yang ada dihadapannya, dengan kemampuan mata sipitnya yang
dibesarkan sedikit, ia berhasil melihat siapa yang ada didepannya meski awalnya
mundur selangkah saking terkejutnya “Choi Minho?” Pekik Seung Ah masih dalam
keadaan semula. Terkejut.
“Bagaimana kabarmu di London?”
Tanya Seung Ah setelah mereka memutuskan untuk duduk bersama ditaman belakang
sekolah dan berbincang sebentar
“Mm,Baik. Cukup baik” jawabnya,
“kau? Apa kau baik disini?” Minho balik bertanya.
Seung Ah tidak menjawab, ia
hanya mengangguk “Lalu? Bagaimana dengan kedatanganmu disini?” Tanya Seung Ah
“Apa?” Tanya Minho tidak
mengerti
“Eh, maksudku apa yang membawamu
kemari?” ulang Seung Ah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“Ohh, itu. Mm..hanya ingin ke Seoul
saja” jawabnya simpul.
“Aikh~ kau kemari karena
merindukan Jenny? Begitu?” goda Seung Ah sambil menyikut lengan laki-laki itu.
laki-laki itu tersenyum-senyum malu “Yah, bagaimana dengan anak itu?” Tanyanya,
Seung Ah memincingkan matanya
“dia sudah menjadi seorang gadis yang cantik. Kau tahu?”
Minho hanya mengangguk-angguk.
Masih tertawa kecil bersama Seung Ah, teman kecilnya dulu. “Jenny.. bagaimana
kabarnya?” Tanya Minho berat.
***
Malam ini, Seung Ah tidak bisa
konsentrasi dengan apa yang ada dihadapannya. Buku itu hanya melihat Seung Ah
yang sibuk melamun dengan wajah cemberut. Pikirannya tertuju akan perkataan
Jenny hari itu. Seung Ah menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar “kenapa harus
dia?”
Tiba-tiba ponselnya berdering,
dengan segumpal kesabaran yang masih tersisa ia meraih ponsel yang menjerit-jerit
sudah minta diangkat itu “Yeobseo?”
Tanya Seung Ah dengan kening berkerut “Umm..
aku tidak tahu mengenai itu.. ah, benarkah?... Tapi aku tidak pernah melihatnya
selama bergabung diklub… tidak pernah, sungguh…” jawabnya ditelepon, Jenny menanyakan
Kyuhyun, namja yang tengah ia sukai itu. “Kupikir
dia tidak ada diclub kami. Mungkin diclub menyanyi lainnya” ucap Seung Ah
lagi. “Yah, Gwenchana. Selamat malam”
ia menutup flat ponselnya dan mulai mendesah. Ia berpikir kalau mungkin Jenny
salah, tapi.. apa benar namja itu ikut diklub menyanyi? Tapi.. dimana? Selama
ini Seung Ah tidak pernah melihat sosok namja dingin nan cuek itu. mungkin
memang benar ia ada di klub menyanyi lainnya sama seperti dugaannya.
Universitas Kyunghee mereka tidak hanya punya satu klub menyanyi saja tentunya.
***
“Tapi…” Seung Ah benar-benar berniat menolak mentah-mentah
tapi ia tidak enak hati pada Jenny yang menggantungkan harapan padanya. Jenny
memang tipikal anak yang tidak mudah bergaul dan ia juga sangat pintar membujuk
orang.
“Kumohon Seung Ah-a, kepada
siapa lagi aku harus meminta bantuan? Kau tahu aku tidak punya banyak teman dan
kalau aku berjuang sendiri. Habislah aku ditempat” jelasnya panjang lebar
dengan mata berbinar-binar penuh harapan. Seung Ah hanya terdiam dan berjalan
lurus sambil menunduk tanpa memandang wajah Jenny yang dianggapnya bisa
merobohkan pertahanannya untuk menolak permintaan menyebalkan itu.
“Aku itu tidak pintar bicara.
Tidak sama sepertimu. Jadi kumohon… bantu aku sekaliiiiii ini saja” pintanya
sambil menaruh dua tangannya didada, bermohon. Kali ini Seung Ah terhenti
Karena Jenny yang mengganggu jalannya. Dengan desahan pelan namun panjang itu
Seung Ah mengiyakan dengan alasan ia tidak berjanji banyak. Ia hanya perlu
menguntit namja itu dan mencari tahu keberadaannya saja. Semoga itu tidak
sulit.
***
“ Ahh, jangan mendorongku. Dia
bisa me…” Seung Ah kesusahan dengan penyembunyian diri Jenny saat namja itu
melintasi tempat yang tidak begitu jauh dari tempat mereka berdua. Saat itu
memang sudah waktunya untuk anak jurusan musik keluar dari kelas. Namja itu
tampak biasa saja, dia tidak melirik apa saja yang ada didepan-tepatnya
disekitarnya. Cuek dan dingin!
Jenny tetap saja mendorong
keras Seung Ah yang selalu saja menolak sedari tadi. “Ayolah, dia sudah mau…”
belum sempat Jenny meneruskan perkataannya tiba-tiba Seung Ah terjatuh dan
menabrak tempat sampah yang ada dihadapannya, membuat semua isi tasnya keluar
berhamburan. Kejadian memalukan-tidak terduga itu mengakibatkan semua anak yang
disana berbalik dan memerhatikan dalam Seung Ah yang sudah tidak
berdaya-terduduk tanpa berani berdiri lagi karena malu. Sementara Jenny
berusaha menyembunyikan diri sambil membuka mulut. Syok.
“Kemarikan tanganmu” ucap
seseorang. Seung Ah tidak berani menaikkan pandangannya. Ia masih sibuk
memasukkan satu persatu barangnya yang berserakaan sambil memperbaiki
penampilan kembali. Kenapa akhir-akhir ini ia sering terjatuh? Ia seperti sudah
ingin menangis ditempat. Bagaimana tidak? saat itu anak jurusan musik keluar
dari kelas dan tempat teramai-yang sering dilalui anak-anak itulah tempat
insiden yang menimpanya. Huft!
Seung Ah merasakan ada tangan
yang menarik lengannya dengan keras. “tangannya besar” batin Seung Ah.
Seung Ah menaikkan pandangannya
setelah melihat kesekeliling dulu. Masih ada yang memandangnya dengan wajah
mengejek dan ada juga yang meneruskan perbincangan bersama temannya tanpa
memerdulikan Seung Ah lagi. “ASTAGA!” kagetnya bukan kepayang. Benda yang berniat
ia masukkan tadi terjatuh dan langkahnya mundur selangkah.
Jenny segera keluar dari tempat
persembunyian atau lebih tepatnya mengikuti jalur mata Seung Ah yang membesar.
“Cho.. Kyu...hyun..?” gugup Jenny, tapi nadanya dikecilkan.
Kyuhyun bingung melihat
ekspresi mereka berdua “kalian tidak apa-apa?” tanyanya. “Umm..Ya,baik” ucap
Seung Ah menunduk.
“Eh.. Cho Kyuhyun... kau…
terima kasih sudah menolong Seung Ah” ucap Jenny berterima kasih, Kyuhyun tidak
menjawab, Kyuhyun mendekatkan wajahnya kesamping wajah Jenny “lain kali, jangan
membiarkan sahabatmu malu lagi,Arra?” bisiknya. Spontan membuat Jenny tidak
bisa bernapas. Oksigennya hilang dan entah ia sudah berapa kali mendesah.
Memalukan.
Jenny hanya mengangguk-angguk
kecil sementara Seung Ah yang melihat itu hanya bisa terdiam. Tanpa perintah
otak ataupun apa ia berbalik dan berlari kecil, menghindar dari kedua orang yang
sedang berbincang itu.
“Ah~” desahan Jenny lepas. Ia
kemudian menatap Seung Ah yang menatapnya juga. “kau baik-baik saja, Seung
Ah-a?” tanyanya.
Seung Ah mengangguk pelan “hehehe, mianhe~ aku
tidak tahu kalau kau sampai bisa terjatuh seperti itu” kekeh Jenny. Seung Ah tersenyum
simpul. Moodnya belum kembali tapi ia memang tidak marah pada Jenny. Itu tidak
disengaja. Seung Ah berjalan pergi dari tempat itu, tidak memikirkan Jenny yang
masih diam disana.
“Ah? Seung Ah-a, tunggu akuu~” teriak
Jenny kemudian menyusul kepergian sahabatnya itu.
***
“Yak,Yak! Aku sudah mendapat
nomor ponselnya” seru Jenny dikasur Seung Ah dengan cepat serta intonasi yang
berlari-larian, Senyumnya mengembang, keceriaan terpampang jelas disana. Seung Ah hanya melirik sebentar lalu
meneruskan kembali kegiatannya tadi, sedang membuka semua jejaring social yang
ia punya di notebook pink-putihnya itu. Jenny memerhatikan sahabatnya itu,
Seung Ah yang sadar dengan tatapan yang sudah dikenalinya itu berbalik dan berkata
“Apa lagi?”
Seung Ah mengerutkan keningnya
mendengar permintaan mengejutkan itu “Sudah, aku itu sudah capek untuk
menguntitnya setiap hari dan berlari kesana kemari untuk mencari tahu
mengenainya dan melapor bak pelayan yang patuh terhadap majikannya terhadapmu!”
gerutu Seung Ah menolak sambil memalingkan wajah dan segera menekan tombol shut down pada notebooknya.
Jenny menunduk, sedih-tidak
berani berkata-kata karena saat sahabatnya itu sudah berbicara panjang lebar
tidak ada yang bisa melerainya. Tapi.. aneh juga Seung Ah bisa berbicara
panjang lebar seperti itu. selama pertemuannya dengan Seung Ah yang sosoknya
susah ditebak, ia tidak pernah mendengar seorang Lee Seung Ah marah-marah
seperti itu.
Seung ah mendekati Jenny dan
memelankan suaranya yang tadi sempat menaik beberapa oktaf “lagipula kau bilang
hanya sekaliiiii saja. Dan aku sudah memenuhinya dengan menguntitnya” ucap
Seung Ah lagi. kini Jenny mengangkat pandangannya dan menatap Seung Ah, matanya
berbinar-binar penuh permohonan.
“kemarikan ponselmu!” rebut
Seung Ah marah-marah. Ia segera mengirimkan pesan kepada seseorang. Ia sempat
melirik sebentar nomor ponsel itu, kemudian ia melirik Jenny yang masih terdiam
sambil menunduk.
Seung Ah mengembalikan handpone
pearl-blue itu, “Apa yang kau lakukan?” Tanya Jenny penasaran, Seung Ah tidak
menjawab, ia lebih memilih untuk menghindar dan Jenny pun melirik ponselnya
untuk mencari tahu. “YAK! Seung Ah-a, kenapa kau mengirimkan dia pesan?” keluh
Jenny mengamuk. Seung Ah tidak menjawab, ia masih sibuk dengan notebook didepannya.
“Seung Ah-a, kau itu kurang ajar sekali!!!” amuk Jenny.
Mendengar sahabatnya yang sudah
berkokok sedari tadi Seung Ah akhirnya membuka mulut “kalau kau terus saja
menyembunyikan perasaanmu, dia bisa direbut orang” ucapnya. Jenny tidak
menghiraukan peringatan Seung Ah. Ia masih saja kepikiran masalah pesan yang
dikirimkan Seung Ah tadi. Ia bahkan mendingin ditempat membaca tulisan pesan
itu.
Ponsel Jenny bordering,
serentak kepala mereka berdua sama-sama berbalik kearah ponsel Jenny yang ada
diatas kasur.
Seung Ah tersenyum dan melirik
Jenny, sementara Jenny juga melakukan hal yang sama “Ada apa?” Tanya mereka
bersamaan. “Ah~ Kyuhyun membalas pesanku!” ucap Jenny lebih dulu. Seung Ah segera
mendekat karena sempat menjauh sebentar dan ikut melihat ponsel yang dibagi
Jenny sedikit untuk supaya ia bisa melihatnya juga.
“terima kasih” isi pesan itu. Seung Ah memalingkan wajahnya
dan tersenyum pada Jenny yang entah bagaimana lagi perasaannya saat itu “itu
berarti? Dia menerima perasaanku? Begitu?” Tanya Jenny tanpa kendali.ia berdiri
dari duduknya dan menari-nari tidak jelas disegala arah ruangan itu. Seung Ah
yang tahu bagaimana perasaan senang-bahagia sahabatnya itu mengangguk. “kupikir
dia juga menyukaimu” ucap Seung Ah pelan. Jenny segera merangkul Seung Ah dan
berterima kasih sebanyak-banyaknya.
“Apa Seung Ah tidak masuk?” Tanya Chae Kyung,
Jenny mengangguk lesu “Ya~”.
“Apa
dia sakit?” Tanya Chae Kyung lagi. Jenny menggeleng tidak yakin. Chae Kyung
tidak bertanya lagi, sementara Jenny sibuk mengalihkan pikirannya kearah Seung
Ah. “Apa memang Seung Ah sakit?” batinnya. Dan sementara itu Kang sajangnim
datang, Jenny menghentikan lamunannya dan duduk dengan rapi.
“Mau menjenguk Seung Ah?” tawar
Jenny pada Chae Kyung saat mereka menutup lokernya dan jalan bersama keluar ke gerbang kampus mereka.
Chae Kyung mengangguk cepat “aku
juga ingin melihat tugasku, seharusnya hari ini ia membagikannya pada kami”
jelasnya,
Sementara Jenny hanya
mengangguk pelan dan meraih ponselnya yang bordering “tidak usah menjemputku sekarang, oppa mengerti?.... ah, aku ada urusan
jadi jemput aku ketika aku mengirimkanmu pesan. Yah,oppa! Aku mengerti… aku
akan baik-baik saja… kau itu cerewet sekali… Ah~ sudahlah. Aku akan pergi
sekarang. Dah,” omelnya pada ponsel miliknya itu, Chae Kyung keheranan
melihat Jenny yang masih mengomeli ponselnya yang tidak melawan sama sekali.
“siapa?” Tanya Chae Kyung,
Jenny memasukkan ponselnya lalu berbalik kearah Chae Kyung yang sibuk menunggu
bus. “Oh itu~ Oppaku!” jawabnya singkat.
Chae
Kyung masih sibuk melihat kearah kanan, ia tidak tahu kapan busnya datang,
menyebalkan harus menunggu bus selama itu dicuaca dingin seperti sekarang. “kau
bilang oppamu tidak ada dikorea” ucapnya kemudian setelah beberapa menit
hening.
Jenny
duduk di tempat penungguan itu sambil mengusap-usap tangannya yang kedinginan
“Ah, dia sudah lama kembali dan tidak lama lagi akan kembali keparis” jawabnya.
Sementara itu Chae Kyung ikut duduk disamping Jenny sambil menghangatkan diri.
Tidak berkomentar lagi karena ia rasa penjelasan Jenny sudah cukup.
“Seung Ah-a~~” teriak Jenny
langsung duduk ditepi kasur Seung Ah, sementara Chae Kyung mengekor. Seung Ah
yang saat itu tengah bersandar disandaran kasurnya sambil memainkan PSPnya sontak
terbangun “Ah? Kalian?” tanyanya bingung-meletakkan PSP itu samping bantalnya.
Jenny menghempaskan tasnya
dilantai dan menghela napas “diluar dingin sekali” cemohnya. Seung Ah memandang
Chae Kyung yang mengambil kursi kecil dimeja rias dan ikut bertengger disamping
Jenny “kau baik-baik saja?” tanyanya disusul anggukan Seung Ah
“Mianhe, aku tidak bisa membagi
kertas tugas itu” ingatnya. Chae Kyung mengangguk tanda itu tidak apa-apa,
tenang saja.
“kalian mau minum apa?” tawar
Seung Ah. Jenny tersenyum jahil, ia sudah sangat kehausan dan suhu badannya
tidak baik karena diluar sangat dingin
“Bibi, minta lemon teanya”
ucapnya pada Bibi Seung Ah yang memang saat itu ada didalam ruangan, Bibinya
itu memandang Chae Kyung, seakan bertanya, “aku juga” ucap Chae Kyung mengerti.
“ kau kenapa? Sakit?” Tanya
Jenny yang pandangannya teralih pada Seung Ah. Seung Ah menggeleng “aku hanya
kecapaian dan banyak fikiran” ucapnya sambil tersenyum,
“aku sudah katakan jangan
terlalu berpartisipasi dalam banyak kegiatan” ceramah Jenny menaikkan alisnya.
Seung Ah terkekeh pelan “ia cerewet!”
lalu ia memandang Chae Kyung yang sibuk memandang album foto yang ada
ditangannya “kau mau ambil tugas kelompokmu? Nanti biar kuambilkan” tawar Seung
Ah pada Chae Kyung yang sedari tadi hanya terdiam, sibuk mengamati-melihat
foto-foto yang ada dialbum foto. Album foto yang diraihnya d meja rias kecil
kamar Seung Ah.
“yah~” jawabnya singkat. Ia
masih sibuk dengan pandangannya pada objek didepannya itu. “Siapa ini?”
Tanyanya setelah beberapa lama sibuk mengamati.
Seung Ah segera bangkit dari
tidurnya dan kesamping Chae Kyung, mencari sesuatu didalam meja rias itu dan
juga melihat siapa yang ditunjuk Chae Kyung didalam album itu “Ah? Itu Choi
Minho. Sahabatku.” Ucapnya, “Chae Kyung-sshi, apa kau melihat buku yang ada
disini?” Tanya Seung Ah setelah sadar kalau ia sudah tidak melihat sosok barang
itu, sementara Chae Kyung menutup album itu dan menatap mata Seung Ah. Ia
menggeleng “tidak” jawabnya singkat.
“Eh? Kemana aku menaruhnya?”
bingung Seung Ah melirik Jenny yang hanya terdiam “tidak usah mencarinya
sekarang. Besok saja, sekarang kan kau sedang sakit” ucap Chae Kyung
dibelakang.
Seung Ah menggeleng-geleng,
panik “lagipula masih tidak begitu mendesak” lanjutnya Chae Kyung. Seung Ah
berhenti mencari dan duduk kembali dikasurnya. “tapi.. kemana aku menaruhnya?
Aku… tidak mungkin menaruhnya disembarang tempat” seru Seung Ah
mengingat-ingat.
Sementara di dalam ruangan ada
suasana yang tegang, Bibinya masuk sambil membawa dua gelas lemon tea. “Terima
kasih” Jenny meraihnya. Sementara Chae Kyung meraihnya dari tangan Jenny karena
ia masih sibuk berbincang-bincang dengan Seung Ah mengenai buku yang entah
dimana keberadaannya itu.
***
Pagi itu juga, Seung Ah berlari
secepat mungkin menaiki tangga sekolahnya. Mati kalau sampai buku catatan itu
juga tidak ada di lokernya. Dan… habislah riwayatnya.
Semuanya memandang Seung Ah
heran, sepagi ini kenapa ia berlari secepat itu?
“hhhhh..” desah Seung Ah. Ia menarik lokernya
dengan kekuatan yang masih tersisa setelah ia membukanya dengan kunci tadi.
Segera ia rombak-rombak isi dalamnya yang tidak begitu banyak. Hanya beberapa
barang yang tidak untuk dibawa pulang dan cukup disimpan disekolah saja. Didinding
lokernya ada fotonya bersama appa dan eommanya. Serta fotonya saat masih bayi.
“TIDAK ADA?” pekiknya. Seung Ah
tidak percaya ia akan kehilangan buku paling penting itu. angan-angannya untuk
dimarahi oleh Bae seongsenim sepertinya akan terwujud. Mati!
“Eh? Seung Ah-a? kenapa kau
datang secepat ini? apa kau sudah baikan?” Tanya Chae Kyung yang saat itu terkejut
melihat Seung Ah.
Seung Ah berbalik dan
mengangguk. “Ah~ buku itu benar-benar hilang” lesunya. Meski tidak ada
kaitannya dengan pertanyaan Chae Kyung tadi. “bagaimana ini?” tanyanya pada
Chae Kyung, Chae Kyung menutup lokernya dan menghampiri Seung Ah yang berdiri
didepan lokernya, tidak begitu jauh
“tapi.. apakah semuanya ada
didalam buku itu? persiapan acaranya juga ada disitu?” Tanya Chae Kyung
hati-hati.
“Mianhe seongsenim..” tunduk
Seung Ah. Bae Seongsenim hanya bisa menghela napas beberapa kali dengan kening
berkerut “bagaimana bisa kita menjalankan acara tanpa struktur itu? kalau
begitu, acaranya akan dibatalkan” ucapnya menjelaskan, semua anak kelompok yang
sedang ada disana berteriak kecil tanda tidak bersemangat. Seung Ah benar-benar
merasa tidak enak hati. Ia yang menyebabkan itu semua.
“bagaimana bisa ketua kelompok
sepertimu melakukan kecerobohan seperti ini?” Seung Ah hanya bisa menunduk “kau
membuat semuanya kacau. Kau tahu?” Seung Ah menaikkan kepalanya dan mengangguk
pelan. “kau memang tidak becus!”
“Jeongmal mianhe~” tunduk Seung
Ah pada semuanya. Seung Ah bisa melihat ekspresi kecewa teman-teman clubnya
itu. bahkan disana ada beberapa wakil dari masing-masing club. Ia memang
membuat sesuatu kecerobohan.